2 Apr 2022 //

Dampak pandemi COVID-19 terhadap kemajuan memberantas TB

Memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia, mari kita menilik kembali bagaimana situasi TB di Indonesia. TB merupakan satu dari 10 penyebab kematian. Di tahun 2017, TB menyebabkan sekitar 1,3 juta kematian (rentang, 1,2-1,4 juta) di antara orang dengan HIV negatif dan terdapat sekitar 300.000 kematian karena TB (rentang, 266.000-335.000) di antara orang dengan HIV positif. Diperkirakan terdapat 10 juta kasus TB baru (rentang, 9-11 juta) setara dengan 133 kasus (rentang, 120-148) per 100.000 penduduk.

 

Di seluruh dunia, kasus baru TB per 100.000 penduduk semakin menurun sekitar 2% per tahun. Dengan pencegahan dan perawatan TB dan HIV yang optimal, sejumlah negara,  seperti Afrika Selatan dan Rusia, dapat mengurangi beban TB secara keseluruhan. Tiga negara dengan TB rifampisin resisten terbanyak meliputi India (24%), China (13%), dan Rusia (10%). Di antara kasus TB RR, diperkirakan 82% kasus tersebut adalah TB MDR. Secara global, 3.6% kasus TB baru dan 17% kasus TB pengobatan ulang merupakan kasus TB MDR/RR.

 

WHO memperkirakan ada 23.000 kasus MDR/RR di Indonesia. Pada tahun 2017 kasus TB yang tercatat di program ada sejumlah 442.000 kasus yang mana dari kasus tersebut diperkirakan ada 8.600-15.000 MDR/RR TB, (perkiraan 2,4% dari kasus baru dan 13% dari pasien TB yang diobati sebelumnya), tetapi cakupan yang diobati baru sekitar 27,36%.

 

Lantas, bagaimana dampak pandemi COVID-19 terhadap perkembangan kita dalam memberantas TB?

Pemodelan yang dibuat Stop TB Partnership dan Imperial College, Avenir Health, Johns Hopkins University dan USAID memperkirakan disrupsi akibat COVID-19 dapat membuat indikator kemajuan program TB dunia mundur ke situasi di 2013-2016. Publikasi lain menyebutkan, deteksi TB global menurun rata-rata 25 persen dalam 3 bulan. Jika pada tahun 2018 ada 1,49 juta kematian akibat TB di dunia, maka akibat pandemi COVID-19 maka di tahun 2020 dapat terjadi 1,85 juta kematian di dunia.

 

Hal ini merupakan sebuah ironi mengingat Indonesia telah mengalami kemajuan pada dalam beberapa tahun terakhir. Salah satu indikatornya, angka notifikasi kasus TB yang naik dari 2,6 juta di tahun 2015 menjadi menjadi 3,36 juta di tahun 2018 atau terjadi kenaikan sekitar 20 persen. Di sisi lain, keberhasilan pengobatan pada TB sensitif obat juga naik dari 79 persen pada kohort 2014 menjadi 83 persen pada kohort 2017. Sementara dari jumlah kematian, data menunjukkan terjadi penurunan dari 758.000 di tahun 2015 menjadi 658.000 pada 2018.

 

Sayangnya, pandemi COVID-19 membelenggu dunia pada 2020. Oleh karena itu, penemuan pasif di fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan turun ke lapangan (aktif) menjadi dua hal yang perlu dilakukan untuk mengembalikan kemajuan kita dalam memberantas TB. Pada dasarnya, metode ini sejalan dengan tujuh langkah pengendalian COVID-19 yang meliputi tes, pelacakan kontak, pengendalian pencegahan infeksi, pengawasan, penguatan pelayanan kesehatan, komunikasi risiko dan keterlibatan komunitas.

 

Belum terlambat bagi kita untuk kembali mengedepankan deteksi dan penanganan kasus agar angka kematian akibat TB tak melonjak. Mari perkuat deteksi dini dan tatalaksana TB di daerah tempat kita mengabdi!