Menurut kamu, penyakit apa yang paling berbahaya di bumi? Penyakit jantung, gangguan pernapasan, atau TB? Ketiga penyakit ini memang masih menjangkit negara berkembang, termausk negara kita. Tetapi,pengobatan untuk penyakit ini faktanya semakin tersedia, sehingga angka kematian semakin menurun untuk ketiga penyakit tersebut. Ada ancaman lain yang sebenarnya tumbuh setiap tahun, namun jarang dibicarakan.
Resistensi antimikroba
Saat ini, lebih dari 700.000 orang di seluruh dunia meninggal setiap tahun karena penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang telah mengembangkan resistensi antimikroba (AMR). WHO memperkirakan bahwa jika tren saat ini berlanjut, masalah ini dapat membunuh 10 juta orang setiap tahun pada tahun 2050, membuat resistensi antimikroba lebih berbahaya daripada diabetes, tuberkulosis, dan HIV/AIDS.
Infeksi dapat ditularkan oleh siapa saja di mana saja. Namun, negara berkembang, dan tempat-tempat yang memiliki sanitasi yang buruk, air yang paling tercemar dan akses terburuk terhadap fasilitas kesehatan atau peralatan medis sederhana, akan menanggung beban terbesar.
Ini bukan hanya proyeksi belaka. Setiap tahunnya, sekitar 200.000 bayi baru lahir meninggal karena mereka terkena infeksi bakteri resisten obat. Sekitar 40 persen infeksi yang ditularkan oleh bayi yang baru lahir resisten terhadap pengobatan yang tersedia. Sebagian besar kematian tersebut terjadi di negara berkembang.
Dampak ekonomi AMR
Beban biaya kesehatan diproyeksikan dapat mencapai $1 triliun per tahun pada tahun 2050.
Bank Dunia (2016) juga memperkirakan bahwa negara-negara berpenghasilan rendah dapat kehilangan hingga lima persen dari PDB mereka dalam jangka waktu yang sama – membuat dampak keuangan AMRlebih buruk daripada krisis keuangan 2008. Lebih dari 25 juta orang di negara-negara termiskin dapat didorong ke dalam kemiskinan ekstrem.
Tantangan
Jadi, apa yang menghambat kemajuan dalam krisis global ini? Pertama-tama, resistensi antimikroba adalah masalah yang kompleks. Bakteri terus berkembang, dan sulit untuk melacak mana yang menjadi resisten. Di antara yang paling berbahaya adalah Staphylococcus Aureus, juga dikenal sebagai kutu rumah sakit MRSA, Neisseria Gonorrhoeae, yang menyebabkan penyakit kelamin gonore, dan E. coli, penyebab penyakit diare.
Sayangnya, negara-negara berkembang menjadi penyebab masalah sekaligus korbannya. Agar efektif, obat antibiotik perlu diminum secara teratur dan selama satu siklus penuh, biasanya berkisar antara satu hingga enam minggu. Tetapi di tempat-tempat di mana obat mahal atau tidak tersedia, banyak pasien akan menghentikan siklus obat ini segera setelah mereka merasa lebih baik dan menyimpan tablet yang tersisa untuk digunakan nanti.
Peresepan berlebih juga merupakan masalah. Di daerah di mana penyakit bakteri seperti diare dan infeksi tenggorokan biasa terjadi, dokter akan sering meresepkan antibiotik tanpa diagnosis yang tepat atau sebagai tindakan pencegahan, memicu penggunaan yang berlebihan.
Selain itu, penggunaan antibiotik profilaksis sering terjadi pada hewan ternak. Lebih buruk lagi, antibiotik baru mahal untuk dikembangkan – biaya R&D saja dapat dengan mudah mencapai $300 juta per obat. Namun karena peraturan internasional yang ketat, biaya obat tetap rendah, membuat pengembangan kurang menguntungkan dan karena itu tidak menarik bagi perusahaan farmasi.
Kesimpulan
Inilah alasannya mengapa kolaborasi pemerintah, perusahaan, dan badan internasional begitu penting untuk memberantas AMR. Pendanaan penelitian untuk menemukan antibiotik baru, penguatan kontrol penggunaan antibiotik, meningkatkan akses obat antibiotik yang diperlukan, hanyalah sejumlah cara yang bisa kita perjuangkan untuk AMR. Jangan biarkan warisan Alexander Fleming—peneliti yang menemukan penisilin pada tahun 1928—menjadi sia-sia. Hampir 100 tahun berlalu sejak penemuan antibiotik pertama, mari kita lestarikan ‘hadiah’ ini untuk menyelamatkan jutaan nyawa lagi.
Kampanye #TuntasBeriTuntasPakai #TuntasDanMenang ini merupakan kolaborasi INDOHUN dengan Pfizer untuk menekan AMR di Indonesia melalui penggunaan antbiotik yang efektif dan tuntas. Mari sebarkan informasi ini agar negara kita menang melawan AMR!
Referensi: Inga Vesper/The Trust Project. Antimicrobial resistance: facts and figures. Accessed from https://www.scidev.net/global/features/antimicrobial-resistance-facts-and-figures/